sound system

sound sytem

Equalizer

Equalizer secara umum dapat dibagi dua, yaitu graphic dan parametric. Graphical EQ banyak dipakai pada Equalizer rumahan, sedangkan yang banyak kita pakai dalam dunia audio engineering adalah parametric EQ. 
Parametric EQ memiliki tiga buah parameter yang dapat disetel yaitu:
  • Center frequency : Frequency tengah yang ingin anda cut / boost
  • Gain : jumlah cut / boost dalam satuan dB
  • Q Factor : Lebar atau sempit nya bandwith dari frequency yang di cut / boost

Q factor: semakin tinggi angka nya, semakin sempit frequency yang terkena. Semakin rendah Q nya, semakin lebar frequency yang kena. 

Selain Bell Shape EQ yang dapat kita tentukan Q nya, kita mengenal juga yang namanya Shelving EQ. Pada shelving EQ, bandwith dan center frequency tidak lagi relevan. Sebagai ganti nya f di deskripsikan sebagai cut-off frequency, dan g adalah slope nya. 

Low Shelf EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Shelf EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Pass EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

Low Pass EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

EQ sebaiknya digunakan sesudah proses tracking. Artinya, pada saat merekam suatu suara, baik itu vocal, atau gitar, dianjurkan untuk tidak meng EQ nya terlebih dahulu. Biasakanlah untuk mencari sound yang terbaik pada saat merekam. Mungkin dengan merubah letak microphone, mengganti microphone nya, atau alat musik nya. Yang harus diingat, anda tak dapat mem boost/cut apa yang tidak ada dari awal nya. 

Low Cut Filter: Digunakan ketika merekam vocal dengan jarak dekat. Karena ada nya proximity Effect, juga menjaga getaran2 spt dari kaki, AC, dll nya.
Apabila anda terpaksa meng EQ lebih dari 9 dB, apabila mungkin, cobalah untuk merubah posisi microphone atau men tune alat musik anda untuk mendapatkan sound yang diinginkan.

Apabila anda kebagian job mixing sementara orang lain yang men track nya, maka anda mau tak mau terpaksa menggunakan EQ. Dalam hal inicobalah untuk menghindari penggunaan lebih dari 9 dB. Penggunaan EQ, terutama saat mem boost nya, memiliki efek samping yaitu phase shifting. Lebih baik utk meng cut, karena efek samping nya tidak sebesar mem boost. 

Gunakan “cut” utk menghilangkan frequency yg bermasalah atau membuat sound menjadi lebih baik. Gunakan “boost” utk merubah warna dari sound.
Natural EQ

Asli nya di alam, frequency yang ber energy rendah adalah high frequency. Jadi nya pada jarak yang jauh, yang pertama kali hilang adalah high frequency nya. 

Sebagai contoh: Apabila kita mendengar suara drum dari ruangan sebelah, suara kick drum ( low frequency )dapat menembus tembok karena memiliki energy lebih dibandingkan dengan suara cymbal ( High Frequency ). Teori ini kita pergunakan sewaktu mixing dan ingin membuat beberapa instrument terdengar lebih jauh.

Penggunaan EQ

Penggunaan EQ sebenarnya dapat menurunkan kualitas dari sound. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mencari sound yang diinginkan dari awal nya. Ingatlah bahwa anda tak dapat meng-cut atau boost frequency yang tidak ada dari awal nya. Sebagai contoh, apabila seseorang menaruh bantal diantara beater kick drum dan microphone, maka bagaimanapun anda mem-boost atau meng-cut frequency, maka tetap tak akan mendapatkan sound yang diinginkan.

Jangan meng EQ instrument utk menjadikan nya terdengar enak dalam solo, tetapi bagaimana membuat instrument itu terdengar baik di dalam mix. Contoh nya: Full Range gitar solo terdengar enak waktu solo, tapi mungkin akan menabrak instrument lain nya dalam mix.

EQ biasa digunakan untuk:
  • Merubah warna dari sound
  • Memisahkan dua instrument yang frequency nya bertabrakan
  • Menyingkirkan frequency kotor yang mengganggu
  • Mastering

Frequency dapat dibagi atas:
  • Very Low yaitu dari sekitar 80 Hz kebawah
  • Low sekitar 80 Hz - 350 Hz
  • Low Midrange sekitar 350 Hz - 2 kHz
  • High Midrange sekitar 2 kHz - 6 kHz
  • High yaitu sekitar 6 kHz keatas

Penggunaan EQ untuk pemula:
  • G nya tidak melebihi 9 dB
  • Q nya berkisar sekitar 1.5
  • Frequency dibawah 150 Hz gunakan Low Shelf EQ
  • Frequency diatas 8 kHz gunakan High Shelf EQ

Apabila mungkin cobalah untuk mixing tanpa mempergunakan terlalu banyak EQ. Selain lebih hemat waktu, juga sound yang dihasilkan akan jauh terdengar lebih natural. Cobalah untuk terlebih dulu mixing sebaik-baik nya dengan hanya mengatur volume fader dan reverb. Mungkin sekali anda akan merasakan hasil yang natural dan terbuka (lebar).

PENGERTIAN EQUALIZER



Equalizer adalah alat yang dapat digunakan untuk menyamakan suara speaker supaya mendekati suara aslinya. Banyak orang salah mengartikan fungsi equalizer, mereka menggunakannya untuk menonjolkan frekuensi-frekuensi tertentu yang sebenarnya tidak perlu diangkat, atau bahkan mengurangi frekuensi-frekuensi tertentu yang tidak perlu dikurangi. Sebenarnya equalisasi sangat tergantung dari rasa seni seseorang dan respon telinga orang yang mengoperasikan peralatan sound system.

Supaya kita dapat men-eq suatu system dengan baik, maka sebelum kita menggunakannya kita perlu memahami kinerja eq terlebih dahulu. Gain / level, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi frekuensi yang kita inginkan.
Berikut adalah tombol-tombol dan fungsi dalam system equalizer
- Low pass / High pass, adalah tombol yang digunakan menghilangkan frekunsi-frekuensi di bawah atau di atas frekuensi yang kita set.
- Q / Bandwidth, adalah tombol yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva equalizer.
- Frequency, mengubah frekuensi sehingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.
- Volume gain / make up gain, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi level suara yang keluar dari equalizer.
Ada bermacam-macam jenis equalizer sesuai dengan jenis dan penggunaannya.
Berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :
 1. Parametrik equalizer
Kurva equalizer ini dapat kita geser dan rubah bentuk kurvanya, dengan kata lain semua parameter (ukuran) yang ada dapat kita rubah. Parameter yang dapat kita ubah adalah : Gain, untuk mengurangi atau menambah kurva parametrik yang kita inginkan, besarnya diukur dalam dB. Q, adalah besaran yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva parametrik sesuai dengan yang kita inginkan, besarannya pada umumnya menggunakan skala 0,1 hingga 10. Frekuensi, frekuensi pada equalizer parametrik dapat kita geser hingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.
Bentuk kurva pada parametrik equalizer ada 2 : Shelving, bentuk kurva ini memiliki puncak pada bagian akhir frekuensi rendah maupun frekuensi tinggi dari spektrum frekuensi yang kemudian mendatar hingga akhir frekuensi. Seperti hi-shelving, akan mengangkat puncak frekuensi 12 kHz, dan low-shelving akan mengangkat frekuensi 80 Hz pada umumnya. Beberapa eq menyediakan fasilitas untuk kita dapat mengubah frekuensi pada puncak kurva. Bell shape, bentuk kurva pada equalisasi ini adalah seperti lonceng, pada umumnya parametrik murni akan menggunakan bentuk equalisasi ini.
2. Graphic equalizer Equalizer 
yang hanya dapat kita tambah dan kurangi pada frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pabrik, biasanya berdasarkan besarnya oktav. Yang umum beredar di pasaran adalah 1/3 oktav (31 titik frekuensi) dan 2/3 oktav (15 titik frekuensi). Grafik equalizer dapat kita bagi dalam beberapa jenis. Constant Q, bentuk kurva (Q) grafik eq ini tetap walaupun gain hanya di ubah sedikit ataupun banyak Variable Q, bentuk kurva grafik eq ini tidak tetap, tergantung dari berapa banyak kita mengangkat gain. Bandpass filter parameter, bentuk kurva tetap dan gain tetap hanya frekuensi yang dapat kita geser. Perfect Q, adalah grafik eq analog tapi diproses secara digital, mirip dengan constant Q hanya lebih akurat.
 3. Filter
 Pada umumnya orang tidak memasukkan filter sebagai jenis equalizer oleh karena cara kerjanya yang mirip dengan crossover. Tetapi karena filter juga dapat membantu kita mengurangi
frekuensi yang tidak kita inginkan, sehingga dapat pula kita masukkan sebagai salah satu jenis equalizer. Contoh dari jenis eq ini adalah switcable highpass dan switcable lowpass, Highpass filter sangat berguna untuk mengurangi suara plosive (P,B,C,D,T) pada microphone. Sedangkan lowpass dapat membantu kerja driver suara tinggi agar tidak bekerja berlebihan sebagai akibat frekuensi tinggi yang sebenarnya tidak terdengar, tetapi merusak.
Fungsi Equalizer
 Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegunaan eq : Mengurangi feedback. Menambah frekuensi yang kita inginkan pada saat sistem bersuara kecil, dan mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan pada saat kita mengangkat volume / gain lebih keras. Membantu respon ruangan terhadap suara, setiap ruang tidak memiliki respon yang sama terhadap suara. Walaupun kita memasang speaker dan peralatan yang sama dengan tempaat lain. Side chain / dynamic eq. Memperbaiki kinerja speaker.
Hal penting yang harus diketahui sebelum meng-eq system
Banyak orang cenderung menggunakan equalizer sebagai andalan untuk urusan suara, mereka sangat berharap eq dapat menyelesaikan masalah mereka. Tidak jarang sound engineer membeli eq yang harganya puluhan juta hanya karena sugesti bahwa alat tersebut dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang terjadi dengan sistem mereka. Padahal ada sesuatu yang harus kita perhitungkan sebelum menggunakan eq, jangan terburu-buru meng eq sebelum masalah-masalah di bawah ini selesai terlebih dahulu :
1. Ruangan 
Ruangan merupakan suatu “pembatas” kita dalam meng-eq system, setiap ruang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Jangan sekali-kali kita menyama ratakan setiap ruangan, dan memfaforitkan suatu bentuk setting eq. Jangan harap suara rendah dapat keluar dari speaker pada ruangan yang penjangnya 4m, karena panjang gelombang suara rendah tidak dapat beresonansi dengan baik. Atau sebaliknya kita berharap suara rendah sub dapat terdengar dari jarak puluhan meter dengan jelas, karena daya rambat suara rendah yang terbatas. Permasalahan utama di dalam ruangan adalah geometri ruangan itu sendiri (ukuran), baik jumlah jendela, luas dinding, dan di mana letak benda-benda tersebut. Meng-eq di dalam ruangan perlu berhati-hati oleh karena pantulan bisa mengaburkan frekuensi mana yang seharusnya kita ubah
2. Letak speaker 
Jangan berharap mendengar suara sound sub yang solid jika kita menaruhnya di kiri dan kanan panggung. Suara rendah mutlak harus berasal dari satu sumber. Peletakkan yang berpencar akan mengakibatkan efek yang disebut power alley (lorong tenaga). Kebanyakan sound enginer mencoba mengakalinya dengan mengeset eq sedemikian rupa tetapi kebanyakan pasti gagal, bahkan menambah besar jarak antar lorong tenaga tersebut.
3. Waktu tempuh antar komponen speaker 
Saat ini dengan kemajuan komputer dan harga komputer dan software-nya semakin murah, membuat peralatan digital pendukung penyetelan speaker semakin murah pula, sehingga kenyamanan orang mendengar speaker bersuara rapi semakin bertambah. Mengapa waktu tempuh antar komponen berbeda, ini cerita yang cukup panjang jika kita membahasnya sekarang. Hanya saja jika kita meng-eq sistem yang tidak di seragamkan waktu tempuh antar komponen speaker maupun antar speaker, ini merupakan usaha yang sia-sia, karena sistem anda tetap berisik dan suaranya tetap berbalap-balapan.
4. Sistem Perkabelan (jenis dan panjang kabel)
Sebuah kabel dengan merek, jenis, dan panjang yang berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda. Setiap merek kabel memiliki bahan dan karakter grounding yang berbeda respon kabel dan beragam pula hasilnya. Jika kabel kita terlalu panjang, dalam sekejap kabel kita menjadi sebuah antenna radio sehingga keluar bunyi gemerisik pada sound out. Kita tidak perlu meng-eq sistem kita terlalu banyak apabila manajemen perkabelan kita baik.
5. Karakter alat 
Setiap alat memiliki karakter suara yang berbeda-beda, jangan berharap ala-alat murah dapat di eq menjadi baik. Perlu diingat bahwa semua alat sound memiliki karakter suara yang berbeda-beda dan tidak semua produk memiliki kualitas suara yang baik.
6. Banyaknya microphone yang terbuka (NOM = number of open microphone) 
Pada saat meng-eq, setiap bertambahnya 1 buah microphone akan menambah 3 dB pada gain system. Semakin banyak microphone yang berbunyi akan semakin besar pula kemungkinan feedback. 2.7. Penyimpangan fasa (phase shifting) Penyimpangan fasa justru terjadi sebagai akibat terlalu kita terlalu banyak meng-eq sehingga suara keluar dari frekwensi dan karakter asli suara tersebut , atau bahkan rusak. Hal ini juga bisa terjadi jika kita menggunakan kabel unbalance yang sangat panjang.
8. Jarak posisi anda mendengar dari speaker 
Jarak kita mendengarkan speaker sangat mempengaruhi penilaian telinga kita terhadap apa yang akan kita eq karena di udara juga terjadi hambatan.
9. Umur speaker 
Dengan merek yang sama, speaker baru, saya jamin tidak akan bersuara sebagus speaker lama. Mengapa? Karena speaker yang baru keluar dari dusnya memiliki komponen-komponen yang masih”kaku”. Elastisitas kertasnya pun belum maksimal. Perbedaan Ini bisa kita ketahui jika mencoba speaker dengan suara bass yang kuat.
10. Suhu dan kelembaban
Kita tidak akan bisa meng-eq jika berada dalam suhu yang tidak konstan kelambapannya. Pada suhu rendah suara tinggi dan rendah akan terdengar lebih kuat dibandingkan dengan pada suhu tinggi, ini disebabkan pada suhu tinggi kelembaban akan bertambah. Bertambahnya kelembaban akan menambah pula hambatan bagi suara di udara. Jangan meng-eq dalam kondisi suhu ruangan yang panas atau ac belum dinyalakan. Karena pada saat ac dinyalakan suhu udara akan turun dan suara tinggi akan kembali terdengar dengan jelas.
11. Respon telinga operator 
Banyak operator memiliki selera sendiri, bahkan tidak sedikit operator bahkan pemain musik menyetel eq 1/3 oktaf mereka seperti huruf “V”. Kedua ujung frekuensi eq diangkat dan semakin menurun pada bagian tengahnya. Jika operator sound memilih menyetel dengan seleranya sendiri, sebaiknya operator tersebut belajar mendengar suara “standard” yang baik. Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan. Jalan keluarnya adalah hanya dengan memposisikan kembali speaker ketempat yang seharusnya.
 KesimpulanAgar dalam meng-eq system, dapat memperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka kita harus mampu menemukan masalah dalam sistem kita yang belum seimbang / harus di-eq. Memang eq dapat membantu mengurangi beberapa titik feedback dan sedikit membantu respon speaker terhadap ruangan. Agar system kita dapat di equalisasi dengan baik maka kita perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Dennis A. Bohn, 1997) : Jauhkan sejauh mungkin speaker dari sudut ruangan. Minimalkan pantulan speaker, dengar suara aslinya. Banyak sound enginer manaruh speaker di kiri dan kanan ruangan, akibatnya speaker akan memantulkan suara ke dinding.
Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
Latihlah telinga anda untuk mengenal frekuensi-frekuensi suara yang sering harus kita eq, atau sering menimbulkan masalah. Lakukanlah latihan sebagai berikut : Pilih sumber suara yang kita kenal, sebagai contoh CD lagu kesukaan anda atau suara anda sendiri. Set eq parametrik di mixer dalam posisi flat. Bypass kompressor yang dipasang pada jalur speaker yang akan kita gunakan, karena dapat mengaburkan penilaian kita, terlalu
Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan sebelum memposisikan kembali speaker.
Fungsi Equalizer
 Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegunaan eq : Mengurangi feedback. Menambah frekuensi yang kita inginkan pada saat sistem bersuara kecil, dan mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan pada saat kita mengangkat volume / gain lebih keras. Membantu respon ruangan terhadap suara, setiap ruang tidak memiliki respon yang sama terhadap suara. Walaupun kita memasang speaker dan peralatan yang sama dengan tempaat lain. Side chain / dynamic eq. Memperbaiki kinerja speaker.
Hal penting yang harus diketahui sebelum meng-eq system
Banyak orang cenderung menggunakan Equalizer sebagai andalan untuk urusan suara, mereka sangat berharap eq dapat menyelesaikan masalah mereka. Tidak jarang sound engineer membeli eq yang harganya puluhan juta hanya karena sugesti bahwa alat tersebut dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang terjadi dengan sistem mereka. Padahal ada sesuatu yang harus kita perhitungkan sebelum menggunakan eq, jangan terburu-buru meng eq sebelum masalah-masalah di bawah ini selesai terlebih dahulu :
1. Ruangan 
Ruangan merupakan suatu “pembatas” kita dalam meng-eq system, setiap ruang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Jangan sekali-kali kita menyama ratakan setiap ruangan, dan memfaforitkan suatu bentuk setting eq. Jangan harap suara rendah dapat keluar dari speaker pada ruangan yang penjangnya 4m, karena panjang gelombang suara rendah tidak dapat beresonansi dengan baik. Atau sebaliknya kita berharap suara rendah sub dapat terdengar dari jarak puluhan meter dengan jelas, karena daya rambat suara rendah yang terbatas. Permasalahan utama di dalam ruangan adalah geometri ruangan itu sendiri (ukuran), baik jumlah jendela, luas dinding, dan di mana letak benda-benda tersebut. Meng-eq di dalam ruangan perlu berhati-hati oleh karena pantulan bisa mengaburkan frekuensi mana yang seharusnya kita ubah
2. Letak speaker 
Jangan berharap mendengar suara sound sub yang solid jika kita menaruhnya di kiri dan kanan panggung. Suara rendah mutlak harus berasal dari satu sumber. Peletakkan yang berpencar akan mengakibatkan efek yang disebut power alley (lorong tenaga). Kebanyakan sound enginer mencoba mengakalinya dengan mengeset eq sedemikian rupa tetapi kebanyakan pasti gagal, bahkan menambah besar jarak antar lorong tenaga tersebut.
3. Waktu tempuh antar komponen speaker 
Saat ini dengan kemajuan komputer dan harga komputer dan software-nya semakin murah, membuat peralatan digital pendukung penyetelan speaker semakin murah pula, sehingga kenyamanan orang mendengar speaker bersuara rapi semakin bertambah. Mengapa waktu tempuh antar komponen berbeda, ini cerita yang cukup panjang jika kita membahasnya sekarang. Hanya saja jika kita meng-eq sistem yang tidak di seragamkan waktu tempuh antar komponen speaker maupun antar speaker, ini merupakan usaha yang sia-sia, karena sistem anda tetap berisik dan suaranya tetap berbalap-balapan.
4. Sistem Perkabelan (jenis dan panjang kabel)
Sebuah kabel dengan merek, jenis, dan panjang yang berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda. Setiap merek kabel memiliki bahan dan karakter grounding yang berbeda respon kabel dan beragam pula hasilnya. Jika kabel kita terlalu panjang, dalam sekejap kabel kita menjadi sebuah antenna radio sehingga keluar bunyi gemerisik pada sound out. Kita tidak perlu meng-eq sistem kita terlalu banyak apabila manajemen perkabelan kita baik.
5. Karakter alat 
Setiap alat memiliki karakter suara yang berbeda-beda, jangan berharap ala-alat murah dapat di eq menjadi baik. Perlu diingat bahwa semua alat sound memiliki karakter suara yang berbeda-beda dan tidak semua produk memiliki kualitas suara yang baik.
6. Banyaknya microphone yang terbuka (NOM = number of open microphone) 
Pada saat meng-eq, setiap bertambahnya 1 buah microphone akan menambah 3 dB pada gain system. Semakin banyak microphone yang berbunyi akan semakin besar pula kemungkinan feedback. 2.7. Penyimpangan fasa (phase shifting) Penyimpangan fasa justru terjadi sebagai akibat terlalu kita terlalu banyak meng-eq sehingga suara keluar dari frekwensi dan karakter asli suara tersebut , atau bahkan rusak. Hal ini juga bisa terjadi jika kita menggunakan kabel unbalance yang sangat panjang.
8. Jarak posisi anda mendengar dari speaker 
Jarak kita mendengarkan speaker sangat mempengaruhi penilaian telinga kita terhadap apa yang akan kita eq karena di udara juga terjadi hambatan.
9. Umur speaker 
Dengan merek yang sama, speaker baru, saya jamin tidak akan bersuara sebagus speaker lama. Mengapa? Karena speaker yang baru keluar dari dusnya memiliki komponen-komponen yang masih”kaku”. Elastisitas kertasnya pun belum maksimal. Perbedaan Ini bisa kita ketahui jika mencoba speaker dengan suara bass yang kuat.
10. Suhu dan kelembaban
Kita tidak akan bisa meng-eq jika berada dalam suhu yang tidak konstan kelambapannya. Pada suhu rendah suara tinggi dan rendah akan terdengar lebih kuat dibandingkan dengan pada suhu tinggi, ini disebabkan pada suhu tinggi kelembaban akan bertambah. Bertambahnya kelembaban akan menambah pula hambatan bagi suara di udara. Jangan meng-eq dalam kondisi suhu ruangan yang panas atau ac belum dinyalakan. Karena pada saat ac dinyalakan suhu udara akan turun dan suara tinggi akan kembali terdengar dengan jelas.
11. Respon telinga operator 
Banyak operator memiliki selera sendiri, bahkan tidak sedikit operator bahkan pemain musik menyetel eq 1/3 oktaf mereka seperti huruf “V”. Kedua ujung frekuensi eq diangkat dan semakin menurun pada bagian tengahnya. Jika operator sound memilih menyetel dengan seleranya sendiri, sebaiknya operator tersebut belajar mendengar suara “standard” yang baik. Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan. Jalan keluarnya adalah hanya dengan memposisikan kembali speaker ketempat yang seharusnya.
 KesimpulanAgar dalam meng-eq system, dapat memperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka kita harus mampu menemukan masalah dalam sistem kita yang belum seimbang / harus di-eq. Memang eq dapat membantu mengurangi beberapa titik feedback dan sedikit membantu respon speaker terhadap ruangan. Agar system kita dapat di equalisasi dengan baik maka kita perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Dennis A. Bohn, 1997) : Jauhkan sejauh mungkin speaker dari sudut ruangan. Minimalkan pantulan speaker, dengar suara aslinya. Banyak sound enginer manaruh speaker di kiri dan kanan ruangan, akibatnya speaker akan memantulkan suara ke dinding.
Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
Latihlah telinga anda untuk mengenal frekuensi-frekuensi suara yang sering harus kita eq, atau sering menimbulkan masalah. Lakukanlah latihan sebagai berikut : Pilih sumber suara yang kita kenal, sebagai contoh CD lagu kesukaan anda atau suara anda sendiri. Set eq parametrik di mixer dalam posisi flat. Bypass kompressor yang dipasang pada jalur speaker yang akan kita gunakan, karena dapat mengaburkan penilaian kita, terlalu
Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan sebelum memposisikan kembali speaker. 

Reverb

Anda tentu nya sering mendengar ungkapan “penyanyi kamar mandi” kan? Ungkapan ini ada karena banyak orang yang senang bernyanyi sewaktu mandi. Lalu, kenapa orang senang bernyanyi di kamar mandi? Jawaban nya adalah: di kamar mandi suara kita akan bergema, sehingga terdengar lebih bagus. Gema inilah yang dalam bidang audio engineering kita sebut dengan reverb. Jangan dicampur dengan echo lho, karena itu adalah hal lain. Terkadang sewaktu karaoke orang bilang, “minta echo nya tambah donk!”. Maksud nya adalah reverb nya yang ditambah.

Reverb: adalah suatu efek yang terjadi karena suara yang dipantulkan di dalam satu ruangan. Jadi kita tak akan mendengar ada nya reverb di ruangan terbuka seperti misalnya lapangan bola.

Tiap ruangan memiliki karakteristik reverb yang berbeda, yang mana ditentukan oleh beberapa faktor spt:
  • Bahan dan bentuk dari dinding ruangan
  • Luas nya ruangan
  • Banyak nya material / benda di dalam ruangan tersebut

Kembali ke contoh kamar mandi. Coba anda bernyanyi, atau menepuk tangan anda di kamar mandi, lalu bandingkan dengan misalnya di kamar tidur anda. Suara Reverb nya beda kan? Mungkin di kamar tidur anda, anda tak menyadari ada nya reverb, atau ada reverb yang sedikit sekali. Kenapa bisa begitu?

Setelah kita perhatikan 3 faktor diatas. Ternyata inilah yang menyebabkan perbedaan antara karakter reverb yang ada di kamar mandi, dengan reverb yang ada di kamar tidur anda. Dari contoh kita di atas, faktor yang paling menentukan adalah:

Kamar mandi dinding nya biasa nya terbuat dari tembok dan kaca, lantai nya juga dari keramik atau marmer. Material2 ini tidak menyerap suara.

Kamar tidur biasa nya di tengah nya ada sebuah ranjang besar yang menyerap suara. Belum lagi mungkin ada tirai, karpet, pakaian yang digantung, dll

Perbedaan ini saja sudah cukup untuk menjadikan kedua ruangan tersebut memiliki karakter reverb yang sangat berbeda.

Di bidang audio engineering, kita menggunakan berbagai parameter di efek unit reverb kita untuk men simulasi kan reverb yang terjadi di alam. Apabila anda perhatikan efek unit atau plug in reverb anda, maka akan didapati beberapa parameter seperti pre delay, early reflection, RT 60 / reverb time 60 dB, Diffusion, High Cut / Low Cut, dsb. Di bawah ini adalah keterangan singkat dari tiap2 parameter yang ada.

Pre Delay: Pantulan pertama yang kembali dari pantulan dinding yang terdekat. Otak manusia mempersepsikan reverb ketika jarak pre delay adalah kurang dari 100 ms. Apabila lebih dari itu, maka dibilang adalah echo.

Early Reflection: Beberapa pantulan pertama yang terjadi sebelum reverb yang sesungguh nya datang. Beberapa pantulan pertama ini lah yang mempersepsi kan bentuk ruangan serta luasnya ruangan tersebut. 

Hi-Cut: Utk meng-cut high frequency nya dari reverb. Karena apabila suara dipantulkan, maka dia akan kehilangan sebagian dari high frequency nya. Selain itu high frequency sangat mudah untuk di absorb oleh material spt karpet atau pakaian. Jadi, ini lah yang dicoba untuk di simulasi oleh reverb unit dengan mengatur parameter Hi- Cut.

Diffusion: Setting yang mengatur kejelasan nya dari sebuah reverb

RT 60: Panjang nya waktu sebelum reverb berkurang sebanyak 60 dB. Sering disebut juga sebagai Reverb Time, atau Sustain, Decay, dll

Tiga jenis Reverb utama yang paling sering digunakan adalah:
  • Plate
  • Room
  • Hall

Ketika mixing reverb biasanya digunakan sebagai efek send. Alasan nya adalah: apabila digunakan dalam posisi insert, maka anda harus memasang sebuah unit pada setiap channel yang membutuhkan reverb. Sedangkan dalam posisi send, reverb cukup di insert pada aux channel / effect channel. Selanjutnya anda tinggal membuka aux bus dari channel yang ingin diberi efek. Selain menghemat CPU, dengan hanya menggunakan satu atau dua buah unit saja, maka hasil mixing anda akan terdengar lebih menyatu karena karakteristik reverb nya sama.

Ketika Reverb digunakan sebagai efek send (aux), maka harus diingat settingan mix adalah Wet 100 % dan Dry 0 %. Pada auxiliary channel kita hanya ingin mendapatkan Sound Reverb nya ( wet ). Sound asli nya ( dry ) berada pada track channel nya.

Tambahan :

Menggunakan 2 buah reverb atau lebih dalam satu lagu bisa membantu apa yg disebut "depth balance"

Misalnya
Reverb pertama settingan Pre Delay 0 ms, Reverb Time 1 second, Karakteristik mid low. Bisa kita pakai untuk menambah sustain dari beberapa instrument spt tom atau acoustic guitar dry. Reverb ini berfungsi menambah nuansa tanpa mengganggu reverb kedua

Reverb kedua settingan Pre Delay 20 ms, Reverb Time 2 seconds, Karakteristik mid bright. Bisa kita pakai untuk snare, vocal, atau instrument lain nya yg diinginkan. 

Ketika digunakan, maka instrument2 yang menggunakan reverb pertama sustain nya akan habis lebih dahulu sehingga menciptakan depth yang berbeda daripada reverb kedua.



Compressor

Compressor adalah sebuah alat yang termasuk dalam kategori “gain based”. Sewaktu kita menyetel parameter2 yang terdapat pada sebuah unit compressor, digunakan satuan dalam dB. Compressor berguna utk membuat signal lebih rata atau stabil. Tidak terlalu naik turun.

Dahulu sewaktu rekaman banyak dilakukan di pita analog, ketika seorang Sound Engineer merekam material yang memiliki perubahan dinamika tinggi, maka dia akan menurunkan volume sehingga bagian yang berdinamika kuat tak akan mengakibatkan distorsi. Masalahnya, ketika volume diturunkan, maka bagian yang lembut berada dekat pada noise floor, jadinya tak terdengar jelas karena tertutup oleh suara seperti “shhhhhh”. Dengan menggunakan compressor, maka Sound Engineer dapat men-stabilkan materi sehingga volume keseluruhan dapat diangkat dan mengurangi tape noise.

Contoh lain nya adalah penggunaan compressor pada vocal. Mari kita bayangkan apabila kita mixing sebuah lagu yang hanya terdiri dari vocal, sedangkan musiknya berasal dari keyboard atau organ tunggal. Kita mengetahui bahwa musik organ tunggal memiliki dinamika yg konstan, sehingga akan menjadi masalah apabila vocal nya memiliki dinamika yang lebar.

Misalnya si penyanyi berbisik pada intro, lalu menyanyi dengan kencang pada bagian reff. Apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat ref, maka ketika intro vocal tak akan kedengaran karena si penyanyi berbisik. Begitu juga apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat intro, maka saat ref musik akan tertutup karena si vocalist menyanyi dengan kencang / berteriak.

Dengan menggunakan compressor, Sound Engineer dapat menstabilkan vocal tersebut sehingga dapat “masuk/menempel” dengan baik pada musik organ tunggal.

Utk rekaman, Compressor juga dapat digunakan “sebelum” signal masuk ke tape / hard disk. Utk aplikasi ini, Compressor berguna utk menjaga signal yang masuk agar tidak sampai terjadi digital clipping.

Yang masih termasuk dari kategori compressor antara lain:

Limiter: output nya konstan, tidak perduli besar kecil nya signal yang masuk / signal tak diperkenankan melewati threshold yang ada.

Brick Wall Limiter: Limiter yang banyak digunakan pada saat mastering untuk menaikkan volume keseluruhan dari sebuah material audio.

Frequency Selected Compressor: bekerja pada satu band frequency yang telah ditentukan. Contoh nya adalah deesser. Deesser bekerja pada frequency sekitar 5 – 8 kHz dan berguna utk menekan bunyi desis pada vocal

Multi Band Compressor: Banyak digunakan utk mastering. Bisa kita bayangkan sebagai beberapa compressor dijadikan satu. Yang mana tiap2 compressor menangani frekuensi atau bandwith yang berbeda secara independent. Tiap bandwith dapat memiliki settingan attack, release , ratio dan threshold yang berbeda juga. Misalnya kita memiliki MBC yang dibagi 3, maka dapat di set: satu untuk meng-compress frequency rendah, satu utk mid, dan satu utk high frequency.

Apabila digunakan dengan baik dan benar, sebagian besar pendengar yang awam tak akan menyadari bahwa compressor telah digunakan. Telinga manusia cenderung lebih peka terhadap perubahan pitch daripada perubahan amplitude.

Umumnya, sound engineer mengerti musik. Tentu nya anda mengerti, selain nada dan irama, perubahan dinamika atau keras lembut nya sebuah lagu sangat mempengaruhi keindahan dari lagu tersebut. Apalagi utk lagu klasik. Nah, inilah yang akan kita coba pertahankan.

Secara garis umum ada 5 buah parameter yang dapat di adjust, yaitu: threshold, ratio, attack time, release time, dan output/gain. Dari ke 5 parameter ini, saya akan membagi nya menjadi dua bagian yaitu, threshold dan ratio. Selanjutnya adalah attack time dan release time. Pertama-tama kita membahas soal threshold dan ratio.

Yang pertama adalah threshold. Threshold adalah satu point dimana apabila sebuah signal melewati titik ini, maka si compressor akan mulai bekerja. Anda lah yang menentukan threshold ini. Sebagai contoh, apabila threshold di set pada -20 dB, maka semua signal yang melewati -20 dB akan di proses. Signal yang tak melewati tak akan di proses.

Parameter yang kedua adalah ratio. Singkatnya, ratio adalah perbandingan atau jumlah dari kompresi yang akan dikenakan kepada signal audio yang melewati batas threshold. Misalkan ratio di set pada perbandingan 3:1 dan threshold -20 dBFS. Apabila signal berada pada -14, berarti melewati threshold dengan jumlah 6 dB. Lalu akan di kompress dengan perbandingan 3:1. Maka akan kita dapat hasil 2. Nah ini yang kita tambahkan pada threshold kita yang -20 tadi. Hasil akhir nya adalah -18 dB.

Kita telah membahas berulang kali soal dB ini, mungkin anda bertanya-tanya, berapa dB kah kompresi yang baik itu? Sebagai jawaban nya, tergantung selera dan jenis musik yang sedang anda mixing. Tapi, ada patokan nya yaitu: apabila anda sudah mengkompress sebesar 6 dB, maka di persepsikan itu adalah setengah dari keras nya suara sebelum di kompress. Utk lebih jelas nya perhatikan tabel pada bagian bawah artikel ini.

Parameter kita yang ketiga, adalah attack time. Attack time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum mulai bekerja” setelah ia mendeteksi ada nya signal yang melewati threshold. Seperti kita lihat pada gambar diatas, setiap instrument memiliki “Sound Envelope” yang berbeda. Jika attack time anda set “fast”, maka compressor akan melihat dan bereaksi pada hampir setiap signal yang melewati threshold.

Contoh nya saat kita gunakan compressor pada track drum. Apabila attack time di set cepat, maka compressor akan bereaksi terhadap setiap pukulan drum. Ketika anda merubah attack time to “slow”, maka compressor tak akan bereaksi terhadap signal berdurasi pendek.

Parameter kita yang ke empat, adalah release time. Release time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum berhenti bekerja” setelah ia mendeteksi bahwa signal audio sudah tak lagi berada di atas threshold. Bisa juga diartikan waktu nya sebelum compressor kembali ke normal (sebelum dia bekerja)

Parameter yang ke lima adalah make up gain, atau output. Ketika sebuah signal di compress, maka otomatis amplitude nya akan berkurang. Output ini berguna untuk menambah “Gain” dari signal audio anda yang sudah di kompress.

Beberapa Compressor memiliki settingan yang disebut Hard Knee atau Soft Knee. Perbedaan nya adalah, pada Hard Knee, ketika signal masih di bawah threshold, sama sekali tidak di compress. Begitu melewati threshold, maka compressor langsung bekerja. Pada soft knee, ketika signal mulai mendekati threshold maka compressor nya mulai bekerja.

Beberapa kesalahan yang banyak ditemui pada saat setting compressor:
  • Threshold nya di set ke 0
  • Ratio di set ke 1
  • Attack terlalu besar saat meng-compress instrument perkusi

Cara cepat utk mengeset compressor :
  • Set Ratio 3:1
  • Set Attack Time 12 ms, Release Time 50 ms atau Auto
  • Perlahan-lahan turunkan threshold nya sehingga didapat Gain Reduction antara 4 s/d 8 dB ( Tergantung jenis instrument nya )

Panduan menentukan parameter compressor :

Jenis instrument dipakai untuk menentukan attack dan release Time 
Teknik bermain atau dynamic range dipakai untuk menentukan ration dan gain reduction

Ketiga alat ini Compressor, Equalizer, dan Reverb adalah tiga alat utama yang biasa digunakan para SE pada saat mixing. Dari jaman dahulu, dan tentu nya di jaman digital ini. 

Para SE yang ingin meningkatkan kualitas hasil kerja nya mutlak menguasai ketiga alat utama ini.

Pada jaman analog dulu para SE senior belum memiliki yang namanya drum replacer, amplitube, pitch correction, dsb nya. Dengan demikian SE jaman dahulu lebih teliti dalam pengambilan sound. Dengan kata lain bahan mentah nya sudah benar2 bagus. Ini juga salah satu faktor utama untuk mendapatkan hasil mixing istimewa.

Tips :
Pada saat menggunakan alat apapun, perhatikanlah dua hal :

1. Mengapa menggunakan alat tersebut
2. Hasil apa yg ingin didapat setelah alat tersebut digunakan

Kedua hal ini membantu kita tetap fokus dalam mixing daripada memasang efek pada setiap channel dengan maksud yang tidak jelas. Menghabiskan waktu, dan tidak berdampak banyak pada hasil akhir nya 

Ketika sudah menguasai ketiga alat ini dengan baik, maka bisa berlanjut ke step berikut nya yaitu MASTERING.

Comments

Popular Posts